07 Mei 2008

ZIONIS BERGANDENGAN DENGAN KRISTEN EKSTREM

Katagori : Aspirasi & Muslim Voice
Oleh : Redaksi 07 Apr 2005 - 8:10 am


Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Aam Ikhwanul Muslimin, Mesir
imageTema Kristenisasi Internasional yang diangkat SABILI pada edisi lalu, ternyata mendapat respon tersendiri dari negeri piramida, Mesir. Kasus Wafa Konstantin dengan Gereja Koptik Mesir, serta ketenangan Asywik Collin Yaneq tentang ancaman Kristenisasi pada gerakan Islam tertua di dunia, Ikhwanul Muslimin (IM), memang sedang hangat dibicarakan di negara itu.

Karena sedang hangat, Mursyid Aam Ikhwanul Muslimin Muhammad Mahdi Akif menerima wartawan SABILI di Mesir, Yusuf Burhanudin dan memberikan keterangan. Gerakan Kristenisasi, memang telah mengancam, tidak saja Ikhwanul Muslimin, tapi juga dunia Islam secara keseluruhan.

Ditemui di markas Ikhwanul Muslimin, Muhammad Mahdi Akif yang tergolong susah ditemui, merasa perlu memberikan pesan-pesannya pada SABILI. Sebab, Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia tidak akan lepas pula dari ancaman global ini.

“Yang perlu diwaspadai adalah, gerakan Kristenisasi tak pernah dilakukan terang-terangan. Mereka selalu menempuh jalur bawah tanah dan menggunakan segala cara,” pesannya pada Yusuf Burhanudin. Ia juga memberikan resep-resep penting guna menangkal dan menghalau gerakan Kristenisasi menyerang umat Islam.

Mahdi Akif terpilih menjadi Mursyid Aam Ikhwanul Muslimin yang ke enam. Ia duduk pada kursi tertinggi organisasi yang selalu dianggap lawan politik terberat pemerintah Mesir ini setelah pendahulunya, Makmun Hudhaibi, meninggal awal tahun lalu. Muhammad Mahdi Akif, selain tercatat membangun karir organisasinya di Ikhwanul Muslimin, ia juga veteran Perang 1948 antara Mesir dan Israel. Hari-hari ini, ia dan Ikhwanul Muslimin sedang disibukkan dengan rencana pemilihan Presiden Mesir mendatang.

Beberapa lamaran sudah masuk ke Ikhwanul Muslimin. Tapi Akif sepertinya akan menolak. “Kita punya kandidat sendiri yang mampu mengatur dunia dan tidak Mesir saja,” ujarnya penuh percaya diri. Berikut petikan wawancara SABILI dengan Muhammad Mahdi Akif:

Anda percaya gerakan Kristenisasi itu sedang menyerang dunia Islam?


Sebenarnya, tidak ada satu pun gerakan Kristenisasi di dunia Islam ini. Dalam arti, gerakan yang terang-terangan. Tapi semua itu dilakukan di bawah tanah dan jauh dari permukaan. Yang jelas, semua usaha kristenisasi menunjukkan kegagalannya sejak abad yang lalu.

Menurut Anda, tujuan gerakan ini murni misi keagamaan atau ada kaitannya dengan imperialisme?


Gerakan mereka terselubung dan didanai oleh berbagai lembaga internasional guna melancarkan tujuan-tujuan tersembunyi pula. Tetapi ingat, upaya mereka itu sedikit pun tidak akan membawa hasil yang berarti.

Asywik Collin Yaneq, mantan Sekjen Persekutuan Gereja Internasional di Tengah dan Timur Afrika mengungkap rencana Kristenisasi di dunia Islam.

Salah satu agenda terpenting adalah melucuti kekuatan gerakan Ikhwanul Muslimun, komentar Anda?


Mereka boleh merencanakan apa saja sesuai dengan apa yang mereka kehendaki. Mereka juga boleh mengajukan misi apa saja terhadap dunia Islam. Ikhwanul Muslimun hampir selalu menjadi target utama dalam misi mereka. Itu disebabkan komitmen Ikhwanul Muslimun pada Islam, komitmen terhadap risalah kenabian, dan yang terpenting memiliki kedisiplinan terhadap manhaj gerakan yang telah digariskan.

Mereka sebenarnya ingin mendekati masyarakat. Salah satu hal terpenting dalam pendekatan ke masyarakat, terutama masyarakat beragama, tentunya yang hampir selalu berpegang teguh pada pokok-pokok keimanan kepada Allah SWT. Sungguh ini sebuah gambaran kondisi masyarakat yang memiliki pondasi akidah yang kuat dan secara tulus menjadikan Islam sebagai agama mereka. Tentu saja, siapapun akan merasa kesulitan bahkan riskan dalam melancarkan berbagai aksi dan gerakan kristenisasi kepada model masyarakat seperti di atas. Meski harus diintervensi dengan kekuatan atau kekuasaan, harus dibujuk rayu dengan uang dan kekayaan, semuanya sama sekali tidak akan mempan.

Islam adalah akidah sekaligus risalah. Mengamalkan keduanya dalam segenap kehidupan, membuat segala ancaman yang datang, dengan mudah terhalau. Demikian kira-kira resep yang di antaranya senantiasa dipegang oleh kebanyakan umat Islam, khususnya yang ada di belahan Jazirah Arab.

Penahanan 58 anggota IM kemarin terkait dengan misi penting Kristenisasi?


Tidak. Itu semua tidak ada kaitannya dengan rencana Kristenisasi. Ini adalah persoalan Ikhwanul Muslimun dengan pemerintah. Falsafah pemerintah itu adalah, selalu memerangi gerakan Ikhwanul Muslimun, bagaimanapun caranya.

Pemerintah agaknya mulai mencium bahwa berbagai gerakan Ikhwanul Muslimun banyak mendapat simpati dan meraih banyak pengikut. Demikian pula peran Ikhwanul Muslimun dalam politik maupun perundang-undangan. Semakin banyak mendapat dukungan rakyat bawah. Dan seperti biasa, dapat ditebak, pemerintah yang berkuasa jelas tidak menghendaki itu semua. Sekali lagi, ini tidak ada kaitannya dengan campur tangan Kristen ekstrem dalam memenjarakan beberapa anggota Ikhwanul Muslimun kemarin. Ini soal kebencian pemerintah saja.

Apa kiat Ikhwanul Muslimun menghalau semua kelemahan umat Islam tersebut?


Pada prinsipnya, kami senantiasa siap menghadapi kekuatan yang datang mengancam dari mana pun. Terlebih gerakan-gerakan yang bisa merusak akidah dan menistakan umat. Semuanya kami tegakkan berdasarkan misi agama yang kami yakini dan juga tuntunan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Tidak luput pula mengedepankan nilai-nilai moral yang kokoh di garda terdepan. Inilah yang membuat ajaran Islam unggul dibanding yang lainnya. Boleh dikatakan, tidak ada satu ajaran mana pun di muka bumi ini yang selengkap ajaran Islam.

Maka itu, kami akan selalu “menyambut” seluruh gerakan kristenisasi yang datang dari negeri manapun di dunia ini. Meski mereka didukung oleh dana miliaran dolar dan fasilitas yang luar biasa, itu semua tidak ada artinya dibanding dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kami untuk senantiasa beriman, mempercayai-Nya dan berusaha keras sekuat tenaga meraih surga-Nya.

Ada kaitan antara misionaris dengan zionisme atau imperialisme dunia?


Zionisme internasional itu telah sejak lama bergandengan mesra dengan kelompok Kristen ekstrem terutama dalam menghantam dan melumpuhkan gerakan-gerakan Islam. Mereka, selalu sepakat menggempur kekuatan umat Islam. Wajar jika mereka mau bekerjasama mengerahkan segala daya dan upaya yang mereka miliki guna menghasut umat Islam.

Apakah di Mesir gerakan Kristenisasi juga terjadi?


Di hampir semua tempat, gerakan berlangsung. Belum berhenti hingga hari ini. Akan tetapi upaya mereka senantiasa menemukan kegagalan dalam segala rencana yang digencarkan.

Seiring dengan itu pula, mereka tanpa henti terus-menerus mengutus para misionarisnya, mendirikan gereja-gereja, ataupun mendirikan lembaga-lembaga sosial guna “membantu” masyarakat Muslim yang lemah dan berkekurangan secara ekonomi. Ini senjata klasik yang sering mereka gunakan sebagai kedok nyata bagi persiapan penjajahan agama.

Apabila semua itu telah dilakukan, langkah berikutnya adalah mudah dikristenkan. Tetapi saya katakan, tidak usah khawatir, karena segala upaya itu selalu berujung dengan kegagalan dan kesia-siaan.

Daerah mana saja di Mesir yang rawan Kristenisasi?


Yang jelas, mereka selalu mengincar daerah-daerah kumuh dan miskin. Biasanya, aksi yang dilakukan adalah membagi-bagikan bantuan finansial, bahan pokok sehari-hari seperti makanan. Pokoknya, meliputi kebutuhan sandang, pangan, bahkan papan.

Lucunya, meski kaum Muslimin itu telah berhasil ditarik memeluk Nasrani, tetapi ketika disuruh membaca tahlil, mereka ternyata masih bisa berteriak fasih laa ilaaha illallaah muhammadun rasulullaah! Benar-benar membingungkan! Ini pertanda, betapa geliat dan fitrah Islam telah mendarah daging dalam watak, kebiasaan, dan seluruh tradisi umat ini.

Ada kaitan antara gerakan misionaris dengan American University di Kairo?


Kaitan secara langsung, mungkin tidak ada. Pendirian Univeristas Amerika tersebut, hanya untuk kepentingan satelit politik Amerika saja. Dengan kata lain, sebagai pelaksana berbagai kepentingan politik Amerika di negeri orang lain.

Sekarang ini kita memang patut bersyukur. Universitas Amerika tersebut kini penuh sesak oleh orang-orang Islam yang taat dan shalih. Sehingga, secara logika, tidak mungkin mereka kemudian dengan gampang dimurtadkan. Apalagi hendak dicetak menjadi misionaris-misionaris yang kelak menjalankan misi Kristenisasi.

Apakah benar bahwa Amerikanisasi bagian dari Kristenisasi?


Gereja-gereja di Amerika memang memiliki peran dan artikulasi kekuatan, dalam arti dana dan SDM yang cukup luar biasa. Dari hitung-hitung logika kekuatan, mereka memang cukup unggul sehingga bisa menerobos dunia Islam dengan sangat mudah.

Demikian juga kerja sama kekuatan mereka dengan persekutuan gereja-gereja Kristen, baik yang ada di Jerman dan Swiss dengan dana miliaran dolar. Dana besar-besaran itu memang dialokasikan semuanya untuk mendanai kaum misionaris demi menjalankan proyek Kristenisasi. Tidak banyak yang tahu soal itu, karena cenderung bergerak secara rahasia dengan rencana yang terselubung.

Tetapi umumnya, mereka tidak mempan menembus masyarakat Muslim, terutama pada umat Islam di seluruh dunia Arab. Alih-alih keberhasilan yang bisa didapat, yang terjadi justru selalu mendapatkan kenihilan dalam proyek-proyek besar mereka itu. Hal ini disebabkan kekompakan masyarakat kita sendiri yang menolak program berbagai rencana mereka itu sejak jauh-jauh hari.

Menurut Anda, kenapa kristenisasi di Indonesia berlangsung begitu marak?


Menurut saya, ini karena masyarakat Indonesia mendapat tekanan dari pemerintah. Terutama dalam menekan dan melumpuhkan seluruh gerakan umat Islam. Di samping tentunya tekanan asing yang tak kalah dahsyatnya. Ini benar-benar kelihatan sekali di Indonesia.

Terlebih, gerakan Kristenisasi ini seolah mengincar kelompok masyarakat yang berkekurangan sehingga cenderung mendapat sambutan luar biasa, terutama bagi orang-orang fakir, miskin. Karenanya, ketika belenggu kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan bisa dienyahkan, maka seketika itu pula gerakan Kristenisasi akan terhalau. Di situlah sebenarnya kuncinya.

Adakah strategi khusus menghadapi hal ini?


Solusi bagi kita itu sudah begitu gamblang. Bahwa umat Islam sudah semestinya mulai mengenal dengan seksama hakikat dan tujuan agama mereka itu sendiri. Setiap kita harus memahami akidah Islam dengan benar, menjalankan syariat Islam dan berdisiplin dalam menunaikan berbagai kewajiban yang telah digariskan. Mulai dari praktik shalat hingga bagaimana belajar mencintai orang lain.

Yang terpenting, ajarkanlah kepada mereka yang awam, apa itu Islam. Seandainya umat Islam mengerti apa arti Islam yang sesungguhnya, maka dijamin tak ada seorang pun yang mampu menarik umat Islam kepada agama yang ditawarkan para misionaris itu. Saya sampaikan, bahwa pihak yang mempersilakan para misionaris menjalankan proyek Kristenisasi, khususnya di Indonesia, memang merupakan krisis lanjutan dari sebuah serial diktatorisme yang selama puluhan tahun berlangsung di Indonesia. Tetapi kalau memang kini rakyat Indonesia telah merasakan udara kebebasan, maka nikmatilah.

Di Timur Tengah Kristenisasi pada umumnya tidak segencar di Indonesia. Apa masalahnya menurut Anda?
Ya, demikianlah risiko sebuah kebebasan. Semua gerakan bisa masuk tanpa filter yang ketat. Tetapi jangan khawatir. Segencar apapun kristenisasi di Indonesia, mereka tetap akan hancur. Tetap akan menemui kegagalan dan berakhir sia-sia.

Saya justru lebih percaya akan terjadi kebangkitan umat Islam di Indonesia. Terutama saat ini seluruh umat Islam Indonesia telah mulai menikmati udara kebebasan. Tinggal bagaimana mengelola seluruh kebebasan itu menuju kebebasan yang sesungguhnya. Sebuah kebebasan dimana tidak ada lagi ruang kehidupan bagi Kristenisasi. Dan umat Islam Indonesia saat ini, insya Allah, tengah menuju puncak kebebasan luhur ini.

Apa sebenarnya persoalan mendasar yang mesti diperhatikan oleh umat Islam saat ini?


Semua gejala di atas yang saya sebutkan tadi itu tiada lain menunjukkan secara gamblang, bahwa kebanyakan pemerintah kita selalu ditekan dan bergantung pada kekuatan asing. Inilah sebenarnya persoalan penting yang menjadi kendala mendasar negara-negara di dunia Islam seluruhnya. Semuanya berkaitan dengan politik dan kebijakan dalam negeri itu sendiri, apakah terpengaruh atau tidak oleh kekuatan asing. Mandiri, independen, atau malah didikte. (Sabili)

Sumber: swaramuslim.com

Tidak ada komentar: