07 Mei 2008

Mereka Bersatu Memaki Islam

Katagori : Islamophobia
Oleh : Redaksi 29 Mar 2005 - 12:30 am



imageimageGetaran pentas WS. Rendra tentang Rasulullah dalam pagelaran Barzanji beberapa saat lalu. Betapa agung Muhammad.Ya Nabi salam alaika, Ya Rasul salam alaika, Ya Habib salam alaika.... Suara koor membuka pertunjukkan menembangkan Barzanji yang diterjemah oleh Syu’bah asa. Begitu agung.

Tapi ada peristiwa sebaliknya yang terjadi di belahan bumi lain. Sebuah seminar sehari di Columbus, Ohio, Amerika Serikat sedang membicangkan bagaimana berhadapan Muslim saat ini. Hari itu (27/5) Gereja Southern Grace Brethren dipenuhi oleh para pemuka-pemuka gereja dari berbagai belahan Amerika. Tak hanya pemuka agama, guru-guru dan murid dari sekolah menengah umum yang berada di sekitar Columbus turut pula hadir, sebagai undangan

Pat McEvoy, salah seorang guru yang hadir benar-benar terinspirasi oleh seminar sehari tersebut. Seperti penuturannya pada New York Times, sebelum seminar ini ia sangat sedikit menerima informasi tentang Islam. Bahkan bisa disebut buta. Informasi gerangan apakah yang membuat guru seperti Pat McEvoy kagum?

Seminar itu bertajuk; Muslim di Amerika, Merayu atau Memerangi Mereka. International Herald Tribune memuat berita tentang seminar ini sebagai headline di halaman depan edisi 28 Mei 2003. Dalam banyak keterangannya, International Herald Tribune menyebut seminar sehari ini sebagai sebuah seminar mencari jalan menjauhkan Muslim dari nilai dan ajaran-ajaran Islam.

Tak berlebihan jika disebut demikian. Salah seorang pembicara yang tak disebutkan namanya, menyebutkan salah satu cara menjauhkan Muslim dari Islam. “Selalu tunjukkan kepada orang Muslim sikap cinta kasih, kedermawanan dan keramah-tamahan. Dan jangan lupa, bawa sebuah Perjanjian Baru untuk diberikan sebagai hadiah,” tuturnya.

Ia juga memberikan beberapa tips dan cara apa saja yang harus dilakukan dan apa pula yang harus dihindari dalam usaha merangkul kaum Muslim Amerika. Cara-cara itu adalah, jangan dekati Muslim secara berkelompok, jangan ajak mereka untuk datang ke gereja. “Karena mereka (Muslim, red) tidak akan mengerti dan menyangka menyanyi dan bertepuk tangan adalah sebuah pesta. Undang mereka ke rumah untuk makan, bawakan mereka kue-kue cokelat sebagai hadiah. Ajak mereka berbicara tentang misi penyelamatan. Jika ingin selamat, maka terima Yesus sebagai juru selamat.”

Namun cara ini ditolak mentah-mentah oleh seorang penginjil asal Beirut yang tak pula disebutkan namanya. Menurutnya, cara-cara yang disebutkan pembicara pertama tidak akan bisa dilakukan dan sangat bahaya. Dalam persentasinya yang menggunakan Power Point tersebut, sang penginjil menyebut bahwa al-Qur’an dan ajaran Islam penuh dengan kebencian, kekerasan dan kelicikan. “Di sini, di dalam al-Qur’an, terdapat kata-kata, bunuh mereka. Bunuh orang-orang kafir itu,” ujar yakin. Berbeda dengan kitab Injil, tambahnya lagi, tak ada satupun kata-kata Yesus yang menyuruh membunuh manusia tak berdosa.

Ia menyakinkan para hadirin, bahwa menjadi misionaris di tengah-tengah komunitas Muslim sama dengan membahayakan hidup para misionaris itu sendiri. Lalu ia menceritakan pengalamannya saat berara di Beirut. Menurutnya, ia kenal seorang pemuda yang bergabung dengan gerakan Hizbullah yang ia sebut sebagai gerakan teroris. Suatu ketika, kawan kecilnya itu menunjukkan sesuatu yang mengerikan; potongan-potongan telinga para korbannya. Kisah lain yang tak kalah dramatis digambarkannya adalah, perjalanan seorang teman kecilnya yang disiksa oleh sang ayah karena ketahuan pindah agama. “Kalian bisa menyebut Islam damai di depan saya, saya sudah tahu semuanya. Sejak dari awal, Islam lebih dulu berbicara dengan pedang ketimbang kata-kata,” tandasnya.

Kemudian dengan pongahnya ia menceritakan pernak-pernik yang ia ketahui tentang Islam. Salah satu yang ia sebut adalah soal ibadah haji dan shalat lima waktu dalam sehari. Menurut penginjil dari Beirut ini, ibadah haji adalah peristiwa tahunan yang sangat berbahaya. “Haji di Makkah setiap tahunnya selalu saja meminta korban nyawa.”

Sementara itu, tentang shalat ia menyebutkan, bahwa Muslim dalam beribadah bukan berkomunikasi dengan Tuhan tapi mengumpulkan angka harian. Sedangkan soal shalat Jum’at berjamaah ia menyebutnya sebagai Hari Kemarahan.

Sebagian besar pembicara, bersikap dan mempunyai nada seperti ini. Mereka beranggapan, bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kekerasan. Bagi organisasi-organisasi penginjil di Amerika, sejak peristiwa 11 September, Islam dipandang sebagai ancaman global. Bahkan, menurut International Herald Tribune, sebagian besar organisasi penginjil yang ada di Amerika berpendapat, Islam adalah musuh publik nomor satu di Amerika setelah runtuhnya Komunisme yang ditandai dengan bubarnya Uni Soviet.

Sesungguhnya, tak kurang pemuka-pemuka Kristen yang berpendapat seperti di atas. Beberapa di antaranya bahkan menggunakan kata-kata yang sangat menyakitkan. Orang-orang itu adalah, Pat Robertson, Jerry Falwell, Franklin Graham dan Jerry Vines.

- -

Franklin Graham, beberapa saat setelah peristiwa 11 September terjadi, dalam sebuah wawancara dengan salah satu stasiun televisi di Amerika mengatakan bahwa Islam adalah agama iblis dan sangat jahat. Sedangkan Jerry Vines (laknatullah, red) mengeluarkan pernyataan yang benar-benar menghina Rasulullah. Menurut Vines, pendiri agama Islam adalah seorang yang jelmaan iblis dan juga seorang paedofili, pelaku seks pada anak-anak. Vines mengambil pernikahan Rasulullah dengan Aisyah sebagai argumentasi untuk pemikiran busuknya. Sementara itu, Pat Robertson adalah salah seorang pemimpin dalam tim penasihat spiritual Presiden George W. Bush yang senantiasa menghembus-hembuskan semangat Perang Salib.

Dikabarkan, pasca 11 September terjadi gelombang besar-besaran keingintahuan rakyat Amerika terhadap Islam. Menurut data Council on Islamic American Relation (CAIR) tak kurang dari 33 ribu pemeluk Muslim baru dari seluruh negara bagian di Amerika. Hukum Islam dan al-Qur’an menjadi bacaan wajib di beberapa universitas dan jumlah masjid selalu bertambah. Angka terakhir, terdapat 3000 masjid di seluruh Amerika dan masih akan terus bertambah.

Tapi tampaknya, di sisi lain, tingkat kebencian terhadap Islam pun meningkat pula, baik angka maupun kualitas kasusnya. FBI mencatat, sejak September 2001 hinggan September 2002, terjadi peningkatan kasus kejahatan bermotif kebencian agama sebanyak 1.600%. Jika pada tahun 2000 hanya terjadi 28 kasus, maka sejak 11/9 sampai tahun 2002 terjadi sebanyak 481 kasus.

Di sisi lain, di dunia intelektual terjadi pula peningkatan kuantitas buku-buku dan produk intelektual yang menyudutkan Islam. Toko buku-toko buku Kristen dibanjiri puluhan buku baru tentang Islam. Salah satu yang masih hangat dan baru terbit adalah The Secret of Koran yang ditulis oleh seorang mantan misionaris yang pernah menjalankan misinya di beberapa negara Islam. Penulis, Don Richardson dalam bukunya menjelaskan bahwa al-Qur’an adalah kitab yang penuh dengan racun dan penuh dengan aroma kematian.

Yang paling baru, salah satu produk intelektual yang dimainkan oleh kelompok ekstremis Kristen ini adalah membangun sebuah jaringan televisi untuk Irak pasca invasi. Di belakang televisi pemerintahan Irak baru yang mengudara dengan bahasa Arab berdiri tokoh-tokoh Kristen radikal pro-Israel dari Grace Digital Media. Kelompok yang satu ini adalah sebuah rumah produksi dalam penyediaan berita yang banyak dibuat referensi oleh berbagai media di Amerika.

Berita-berita yang diproduksi oleh rumah produksi ini sebagian besar adalah dokumenter soal Israel dan hubungannya dengan Amerika. Rumah produksi ini dikuasi oleh orang-orang Kristen radikal dari Partai Republik dan juga kelompok yang simpati pada Partai Likud pimpinan Ariel Sharon. Kelompok Kristen radikal seperti di atas biasa pula disebut sebagai Kristen Zionis.

Kategori ini datang sendiri dari seorang profesor ilmu agama di North Park University, Don Wagner. Dalam penelitian dan buku yang ditulisnya, Wagner yang juga Direktur Pusat Studi Timur Tengah di universitas yang sama bahwa Kristen dan Yahudi selalu terkait dalam menjalankan aksi-aksinya. Salah satu dasar argumentasinya adalah statemen dalam Kejadian 12: 3-96 yang menyebutkan, “Aku akan memberkati mereka yang memberkatimu (Yahudi, red) dan aku akan mengutuk mereka yang mengutukmu.”

Menurut Wagner, orang-o-rang yang masuk dalam kategori Kristen Zionis ini adalah Pat Robertson, Jerry Falwell, Franklin Graham, Ralph Reed dan Gary Baeur. Lebih lanjut Wagner mengatakan, orang-orang tersebut di atas menerjemahkan Kejadian 12: 3-96 sebagai dukungan yang harus diberikan kepada Zionisme. “Mereka menginterpretasikan hal ini sebagai, setiap individu atau negara yang mendukung Israel maka akan diberkati oleh Tuhan. Ini artinya memberikan dukungan di berbagai bidang; politik, ekonomi dan dukungan moral kepada Israel tanpa kritik,” terang Wagner.

Kini terang pula bagi kita, bahwa tak hanya hitung-hitungan politik yang menghasilkan simbiosis mutualisme yang membuat Amerika dan Israel bersatu padu. Dalam ideologi mereka bersatu pula, menjadi Islam dan Muslim sebagai musuh-musuh mereka. Dan Allah telah mengabarkan hal ini sejak lama. Sesungguhnya, tak akan ridho orang-orang Yahudi dan Nasrani sebelum kita mengikuti jalan mereka. Rabbana anta maulana fanshurna ala kaumil kafirin.

Herry Nurdi
majalah Sabili


Sumber: swaramuslim.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum wr wb ....blog anda isinya bagus sekali.kunjungi blog saya di http://serbuiff.multiply.com